Bersyukur Dengan Wirid Yaa Syakuur



Yaa Syakuur
Suatu hari, ada seorang miskin yang datang menghadapi Nabi Musa AS. Pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh. "Yaa Nabi, tolong sampaikan kepada Allah SWT permohonanku ini agar Dia menjadikan aku orang yang kaya", pinta si miskin.

Nabi Musa AS tersenyum dan berkata kepada orang itu, "Saudaraku, perbanyaklah bersyukur kepada Allah SWT". Si miskin terkejut dan kesal, "Bagaimana aku bersyukur, sedangkan makan saja jarang. Selain itu, pakaian yang aku punya hanya ini!".

Akhirnya si miskin itu pulang. Tak lama berselang, seorang kaya datang menghadap Nabi Musa AS. Ia berkata kepada Nabi Musa AS, "Wahai Nabi, tolong sampaikan kepada Allah SWT permohonanku ini agar aku menjadi seorang yang miskin. Terkadang, aku merasa tergangu dengan hartaku".

Nabi Musa AS pun tersenyum, lalu berkata, "Wahai Saudaraku, bersyukurlah kepada Allah SWT".

Akhirnya, si kaya pun pulang ke rumahnya dan bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Beberapa hari kemudian, si kaya mengeluarkan sebagian hartanya untuk diberikan kepada kaum miskin. Itu dilakukannya hampir setiap hari, sampai disadarinya bahwa hartanya semakin bertambah banyak walaupun si kaya mengeluarkannya.

Sedangkan si miskin semakin bertambah miskin. Begitulah Allah SWT berkehendak memberi rezeki kepada setiap hamba-Nya, dan tugas kita adalah selalu bersyukur dalam keadaan apa pun.

Makna Asy Syakuur
  
“Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri” (QS. Fathir:30).

Asy Syakuur secara bahasa berasal dari kata “syakara” yang berarti pujian atas kebaikan. Allah Asy-Syakuur, artinya Allah menghargai dan memberi balasan atas seluruh amal kebaikan hamba-Nya. Allah memberi balasan pahala yang banyak dan berlipat ganda atas ketaatan dan ibadah yang sedikit.

Syukur selalu terkait dengan penerimaan nikmat. Seseorang yang menerima nikmat bersyukur. Lalu Bagaimana Dia Yang Maha Memberi Nikmat ternyata juga Maha Berterima kasih? Sungguh keteladanan yang luar biasa telah ditampakkan oleh Allah SWT dalam suatu peragaan yang nyata, bahkan telah diabadikan menjadi nama-Nya, Asy-Syakuur.

Allah SWT selalu berterima kasih kepada hamba-Nya yang berbuat kebaikan, sekecil apapun. Meski kebaikan manusia adalah untuk diri mereka sendiri dan Allah sama sekali tidak mendapatkan imbalan apapun dari kebaikan tersebut,  Dia berterimakasih dengan cara memberikan pahala yang berlipat ganda atas kebaikan tersebut.

Satu kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya diumpamakan seperti sebutir padi, lalu padi itu ditanam. Satu pohon padi bercabang tujuh, masing-masing cabangnya menghasilkan seratus biji. Sungguh luar biasa, satu kebaikan diganjar dengan tujuh ratus pahala. Siapa yang bisa melipatgandakan kebaikan hingga 700 kali?

Tak cukup hanya dengan pahala, ternyata terima kasih Allah diwujudkan dalam bentuk lain, berupa pujian yang berulang-ulang. Allah memuji manusia yang berbuat baik sesuai dengan ketentuan-Nya dengan menyebut-nyebut namanya, menyebut kebaikannya, dan mengumumkannya pada seluruh penduduk bumi dan penghuni langit.

Allah berseru pada seluruh malaikat, catatlah si Fulan telah melakukan satu kebaikan dan Aku mencintainya. Jika Allah telah mencintai seorang hamba, maka seluruh malaikatpun mencintainya. Siapa yang menyebarkan nama baik kita? Siapa yang mengharumkan nama kita? Sungguh jika diukur dengan sungguh-sungguh antara kebaikan yang telah kita perbuat dengan pujian yang kita terima seringkali tidak seimbang. Apalagi jika dibandingkan degan berbagai kesalahan yang pernah kita perbuat sebelumnya. Kalau bukan karena terima kasih Allah, sungguh kita adalah makhluk Allah yang hina, yang tak pantas menerima pujian sedikitpun juga.

Bentuk lain dari terima kasih Allah atas kebaikan manusia adalah dengan mengangkat derajatnya. Betapa banyaknya manusia yang berbekal sedikit kebaikan, tapi Allah mengangkat derajatnya sehingga secara otomatis mereka mendapatkan posisi yang baik, kedudukan yang terhormat, dan status sosial yang tinggi. Jika dihitung-hitung, sungguh kebaikan yang sedikit itu tidak ada artinya sama sekali.  “Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu” (QS. Al-Insyirah: 4).
 “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh"
Jika Allah telah memberi teladan kepada kita tentang syukur, bagaimana dengan kita? Pertama, kita harus bersyukur kepada Allah dengan memuji nama-Nya: Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Segala pujian sesungguhnya tidak cukup kita berikan kepada Allah, sebab kebaikan Allah melampaui segala bentuk pujian kita. Yang bisa memuji Allah dengan sebenar-benar pujian adalah Allah sendiri, sedang pujian kita hanya sekadar yang diajarkan-Nya kepada kita.

Tentu saja pujian saja tak cukup untuk mengungkapkan rasa terimakasih, tanpa dibarengi ketaatan pada perintah dan larangan-Nya. Segala nikmat, karunia, rizki, keutamaan, fasilitas, dan semua pemberian Allah haruslah kita gunakan untuk amal kebaikan.

Ketaatan adalah bukti yang paling nyata dari rasa syukur kita kepada Allah SWT. Seribu atau sejuta pujian belum bisa menggambarkan kesyukuran tanpa adanya ketaatan.

Kedua, selain bersyukur kepada Allah kita harus berterimakasih kepada manusia. Jika kita mendapatkan kebaikan dari orang lain, sekecil apapun kebaikan itu, maka wajib bagi kita untuk mengucapkan terimakasih kepadanya. Tak cukup hanya dengan ucapan terimakasih, kebaikan mereka hendaknya kita balas dengan kebaikan yang lebih banyak, atau minimal setara. Jika kita diberi hadiah sesuatu, maka wajib bagi kita membalas hadiah tersebut dengan lebih banyak, atau minimal sama nilainya.

Syukur harus diwujudkan dalam tiga aspek. Pertama, syukur dengan hati, yaitu menyadari dan menyakini bahwa semua nikmat dan karunia yang diperoleh merupakan anugerah Allah dan berasal dari-Nya. Kedua, syukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah sebanyak-banyaknya. Ketiga, syukur dengan perbuatan, yaitu taat beribadah kepada-Nya dan menggunakan karunia itu untuk kebaikan.

Dengan demikian, insya Allah kita akan memperoleh tambahan nikmat dari-Nya. Al-Qur’an menerangkan,”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat pedih.”(QS.Ibrahim [14]: 7)

Akhirnya, marilah kita berdoa, “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".(QS.An-Naml[27]:19).

Tags yang terkait dengan syukur, yaa syakuur, pengertian syukur, ucapan syukur, doa syukur, syukur nikmat, sabar dan syukur, definisi syukur, kalimat syukur, puisi syukur, doa sujud syukur, kata ucapan syukur, ungkapan syukur, ayat tentang syukur, kata mutiara syukur, hadist tentang syukur, loa, law of attraction, hukum tarik menarik, hukum ketertarikan.
 

Keajaiban Syukur Copyright © 2013 | Powered by Blogger