Al Quran secara tegas menyatakan bahwa manfaat bersyukur adalah untuk
manusia itu sendiri. “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman,
yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al Luqman
: 31).
Juga firman-Nya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim: 7).
Hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa sikap
berterima kasih atau bersyukur akan
mendorong terjalin dan terbinanya persahabatan antar manusia. Inilah kesimpulan
S.B. Alqoe dkk. asal University of Virginia, Amerika Serikat (AS). Hasil
penelitiannya dimuat di jurnal ilmiah Emotion, edisi Juni 2008 dengan judul “Beyond
reciprocity: gratitude and relationships in everyday life” (Lebih dari
sekedar hubungan timbal balik: sikap bersyukur dan persahabatan dalam hidup
keseharian).
Selain jalinan persahabatan yang baik, sikap bersyukur
kini terbukti secara ilmiah memicu pula aneka manfaat lain. Di antaranya
manfaat kesehatan jasmani, rohani dan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.
Tidak heran jika “gratitude research” atau “penelitian tentang sikap
bersyukur” menjadi salah satu bidang yang banyak diteliti ilmuwan abad ke-21
ini.
Profesor Psikologi asal University of California,
Davis, AS, Robert Emmons, sekaligus pakar terkemuka di bidang penelitian
“sikap bersyukur”, telah memperlihatkan bahwa dengan setiap hari mencatat rasa
syukur atas kebaikan yang diterima, orang menjadi lebih teratur berolah raga,
lebih sedikit mengeluhkan gejala penyakit, dan merasa secara keseluruhan
hidupnya lebih baik.
Dibandingkan dengan mereka yang suka mengeluh setiap
hari, orang yang mencatat daftar alasan yang membuat mereka berterima kasih
juga merasa bersikap lebih menyayangi, memaafkan, gembira, bersemangat dan
berpengharapan baik mengenai masa depan mereka. Di samping itu, keluarga dan
rekan mereka melaporkan bahwa kalangan yang bersyukur tersebut tampak lebih
bahagia dan lebih menyenangkan ketika bergaul.
Manfaat lain sikap berterima kasih tampak pada
keberhasilan dalam mewujudkan cita-cita. Dibandingkan dengan orang-orang yang
bersikap sebaliknya, mereka yang senantiasa memiliki daftar ungkapan rasa
syukur lebih cenderung mengalami kemajuan dalam pencapaian cita-cita mereka.
Cita-cita ini dapat berupa prestasi akademis, hubungan antar-sesama dan kondisi
kesehatan.
Selain itu, mereka yang memiliki rasa syukur setiap
hari lebih memiliki jiwa sosial yang lebih baik dibandingkan mereka yang suka
berkeluh kesah dan suka menganggap orang lain kurang beruntung.
Pasien pun tak luput dari penelitian seputar sikap
bersyukur ini. Dengan melibatkan sejumlah orang dewasa pengidap penyakit
otot-saraf, pelatihan membiasakan sikap bersyukur berdampak baik pada pasien
tersebut. Di antaranya adalah kualitas dan lama tidur yang lebih baik, lebih
optimis dalam menilai kehidupan, lebih eratnya perasaan persahabatan dengan
orang lain, serta suasana hati tenteram yang lebih sering dibandingkan dengan
mereka yang tidak dilatih bersikap syukur.
Kalangan yang memiliki kebiasaan kuat dalam bersyukur
atau berterima kasih memiliki kemampuan menyelami jiwa orang lain dan mengambil
sudut pandang orang lain. Mereka ditengarai lebih dermawan dan lebih ringan
tangan oleh orang-orang di jalinan persahabatan mereka.
Terdapat pula kaitan antara spiritualitas seseorang
dengan sikap bersyukur. Kecenderungan bersyukur lebih banyak dilakukan mereka
yang secara teratur menghadiri acara keagamaan dan terlibat dalam kegiatan
keagamaan seperti berdoa atau sembahyang dengan membaca bacaan relijius
berkali-kali. Kaum yang bersyukur lebih cenderung mengakui keyakinan akan
keterkaitan seluruh kehidupan, serta rasa ikatan dan tanggung jawab terhadap
orang lain.
Pribadi-pribadi yang bersyukur dilaporkan memiliki
sifat materialistis yang rendah. Mereka tidak begitu menaruh perhatian penting
pada hal-hal yang bersifat materi. Mereka cenderung tidak menilai keberhasilan
atau keberuntungan diri mereka sendiri dan orang lain dari jumlah harta benda
yang mereka kumpulkan.
Dibandingkan dengan kaum yang kurang berterima kasih,
kalangan yang bersyukur cenderung bukan berwatak pendengki terhadap kaum kaya,
dan bersikap mudah memberikan apa yang mereka punya kepada orang lain.
Profesor
Emmons menuangkan hasil-hasil temuan ilmiahnya itu dalam buku terkenalnya “Thanks!
How the New Science of Gratitude Can Make You Happier” (Terima kasih!
Bagaimana Ilmu Baru tentang Bersyukur Dapat Menjadikan Anda Lebih Bahagia) yang
terbit tahun 2007 lalu. Buku ini memaparkan pula 10 kiat untuk menanamkan rasa
syukur sepanjang tahun demi mendapatkan nikmat karunia yang bermanfaat dalam
kehidupan.
Temuan
ilmiah tentang syukur ini mengukuhkan kebenaran Al Quran dan Hadist Nabi bahwa
syukur adalah akhlak mulia yang mesti ada dalam diri manusia. Sebab, syukur
memicu bertambah nikmat hidup seseorang: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. (Al Quran, Ibrahim,
14:7).
“Bersyukur
atas nikmat Allah akan melestarikan nikmat tersebut.” (HR. Ad Dailami).
Bagi seorang Muslim beriman yang pandai bersyukur,
manfaat syukur pun tak hanya bisa dinikmati di dunia, tetapi juga bisa
dinikmati di akhirat kelak. Inilah janji Allah yang tak mungkin dingkari: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan
dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang
siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia
itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya
pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.”
(QS. Ali Imran:145)
“Mengapa Allah akan
menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri
lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisaa’ : 147).
Ibnu Abbas
menceritakan, Rasulullah bersabda, “Orang pertama yang akan dipanggil untuk
masuk surga adalah orang-orang yang senantiasa memanjatkan puji syukur kepada
Allah, yaitu orang-orang yang senantiasa memuji Allah dalam keadaan lapang dan
dalam keadaan sempit” (Tanbihul Ghafilin 197).
Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah adalah orang yang suka
memanjatkan puji dan syukur kepada Allah” (Riyadhus Shalihin 27).
Semoga kita bisa menjadi hamba-Nya yang pandai bersyukur, baik dalam
kondisi sulit maupun dalam kondisi senang. Aamiin...
Tags yang terkait dengan syukur, pengertian syukur, ucapan syukur, doa
syukur, syukur nikmat, sabar dan syukur.